Sosok ibu memang menjadi peran
utama dalam keluarga, beliau mempunyai tiga kali lipat derajat diatas sosok
ayah. Namun itu tidak lantas membuat kita melupakan jasa seorang ayah yang
sangat penting. Ayah yang karna ia juga kita berada di dunia dan berkat
kegigihan serta kerja kerasnya kita bisa merasakan kehidupan yang layak.
Ada
beberapa faktor yang membuat kebanyakan dari kita tidak dekat dengan ayahnya,
dan tidak sedikit pula yang membencinya. peraturan yang banyak dan membosankan,
tindakan yang keras jika kita membangkang, dan sikap dingin yang ditunjukan
seolah tidak perhatian.
Namun tahukah
kalian, semua itu dilakukan nya semata agar kita tidak menjadi pribadi yang
manja, dia ingin kita menjadi pribadi yang kuat dengan tidak selalu menuruti
apa yang kita inginkan. namun ia selalu berusaha mendahulukan apa yang kita
butuhkan, karna dia tahu, dunia ini terlalu kuat untuk dilewati dan dikuasai oleh
orang orang yang manja. Pengalaman yang mengajarkannya seperti itu. Perhatian
yang ia curahkan bukan berupa belaian dan beribu ucapan sayang seperti yang ibu lakukan, namun dia buktikan rasa
sayangnya kepada kita lebih nyata, dengan bekerja keras membanting tulang mencari
nafkah, merelakan pundaknya yang kekar menopang tanggung jawab yang besar untuk
mengindahkan masa depan kita, dia selalu ada diposisi paling depan untuk
melindungi kita, selalu bangun tengah malam untuk sekedar melihat kita tidur,
memastikan selimut kita tidak tersingkap dan tidak ada nyamuk yang mengganggu
kenyamanan mimpi kita, senantiasa berdo’a dalam setiap sujud tahajudnya agar
kehidupan kita lebih baik dari dirinya. Dan Terkadang ia menjadi seorang
pembohong didepan kita, dia berkata, “ Kamu mau lagi ? ini, Ayah tidak lapar ”.
merelakan satu selimut yang ia punya demi untuk kita merasakan hangat memakai
dua selimut sambil berkata, “ Selimut ini terlalu kecil untuk Ayah, untuk kamu
saja!”. Bersedia basah-basahan dibawah hujan demi menjaga kita tetap kering
menggunakan jas hujannya saat mengantar kesekolah. saat kita bermain bersamanya
dulu, dia selalu mengalah dan membuat kita merasa bangga atas kemenangan yang
direkayasa, itu semata untuk membuat kita bahagia. Dan masih banyak lagi..
Sadarkah kita dari sikap-sikap kecil yang ayah lakukan selama ini, walaupun
diwarnai dengan omelan-omelan yang membuat kuping kita gatal dan sikapnya yang
seolah tidak perduli, tapi percayalah. Dia orang pertama yang benar-benar
memikirkan masa depan kita. Dia mempunyai cara sendiri untuk menyayangi kita.
Cara yang sangat indah jika kita mau mengenalnya lebih dekat. Lihat ayah
sekarang, kerutan yang sudah mulai tumbuh diwajah dan tangan kekarnya seolah
menjadi saksi kerja keras dan beratnya beban hidup yang ia tanggung, rambutnya
yang memutih menunjukan lamanya hidup yang ia jalani dengan do’a, ikhtiar dan
tanggung jawab dan semoga rambut putihnya menjadi lentera penerang jalan
kesurganya nanti .
Begitu banyak sebenarnya yang
ingin saya sampaikan disini, tentang ayah tidak akan ada habisnya. tentang
jasanya yang sangat besar, dan tentang ketegasannya mendidik. Ia bagaikan tiang
pemopang kokohnya rumah tangga yang dibangun, dia juga sebagai atapnya yang
melindungi dari terik dan hujan, dan jabatan tertingginya adalah sebagai imam
dalam rumah tangga. Seorang imam yang berwibawa, yang tidak sedikitpun mau
menampakan air matanya didepan orang yang ia sayang. Untuk ayah, segunung
ucapan terima kasih, dan maaf yang menyemut tidak akan mampu untuk membalas
jasa mu, bahkan humanculus dalam otak ini tidak mampu mendeskripsikan betapa
sayangnya anakmu kepada mu. Berbakti kepadanya merupakan tindakan nyata bukti
rasa sayang kita kepada ayah yang masih ada bersama kita, mendo’akannya dan
sering mengirimkannya bingkisan alfatihah menjadi obat kangen kita kepada ayah
yang telah tiada dan juga sebagai bekal langkahnya menuju surga..
Ayah, nasehat yang selalu engkau
beri bagai lentera penerang di gelapnya dunia ini. Do’a do’a yang senantiasa
engkau panjatkan mempermudah aku meraih cita. Cinta yang kau curahkan bagai
hujan yang turun di tengah gurun pasir, meneduhkan. Maaf, untuk semua kata kata
yang menyakitkan hatimu, untuk semua sikap acuh ku dari setiap perhatianmu, untuk
semua pikiran negative tentang dirimu yang tidak sayang kepada ku. Maaf kan aku
ayah, anakmu ..
Ayah, aku yakin waktu kau tau ibu
mengandungku, engkau lebih ekstra merawat ibu untuk aku, engkau selalu
memberikan ibu makanan terbaik juga untuk aku, aku yakin, langkah kakimu menjadi
berat keluar rumah untuk sekedar bersenang-senang bersama kawan lamamu, dan kau
lebih memilih menjaga kami, ibu dan juga aku. Saat itu kau lebih giat menabung
untuk menyambut kelahiranku. Menunggui ibu yang susah payah mengeluarkan aku ke
dunia dan bertemu denganmu. Indra pendengaran ku mungkin saat itu belum terlalu
baik, namun cukup baik untuk mendengar suara merdu yang pertama kali membisik
telinga kecilku, belakangan aku tau. itu suaramu, suara azan mu ayah ..
Ayah, sejak itu aku selalu
mendapatkan segala yang terbaik. Kau selalu berusaha membuatku tersenyum. Kau
menyekolahkan ku, mengantar aku setiap hari dengan sepeda motor merah mu.
Menunggui aku sampai guru ku tiba. Aku tersenyum saat ini, betapa manjanya aku
denganmu dulu. itu sedikit dari milyaran, ratusan triliun, sampai hitungan tak
terhingga dari perhatian yang kau berikan kepadaku. aku dekat dan sangat dekat
denganmu, aku senantiasa melibatkan engkau dalam setiap jengkal kehidupanku.
sampai aku tumbuh menjadi gadis dewasa, dan Sampai aku mengenal apa itu cinta,
aku bercerita kepadamu tentang dia. Lelaki yang juga sayang kepada ku. Kau
menanggapi ceritaku dengan sikap yang dingin, tanpa ekspresi namun aku yakin
kau mendengarku. Belakangan aku tau, ternyata engkau bisa juga cemburu..
Ayah, nanti aku akan menjadi
makmum bagi lelaki lain. Engkau sendiri yang akan menyerahkan aku dengan dia.
Dan engkau pula yang akan menghalalkan aku dengannya dengan ijab qabul yang
suci. Aku tau itu hal yang paling sulit dari tugas seorang ayah. dan Air mataku
menetes.. tapi jangan khawatir ayah, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri, beban
hidup yang kau hadapi aku berusaha menemani. aku mau terus memijit punggungmu,
aku mau menjadi penyanggah disaat kau sudah tidak kuat lagi menyanggah beratnya
beban ini, aku akan menjadi pelindung disaat keriput keriput diwajah dan
tanganmu makin banyak dan terlihat jelas, aku yang akan menjadi tenagamu disaat
jemarimu mulai lemas untuk memegang sendok .. Ya Allah, muliakanlah Ayahku .
Berusaha membuatmu tersenyum, dan
senantiasa membahagiakanmu menjadi salah satu prioritasku, ayah terima baktiku walau
hanya setitik dari pengorbananmu untuk ku. aku menyayangimu ayah ..
0 comments:
Post a Comment