Tagged Under:

Untuk semua ayah, dan calon ayah bagi anak-anaknya kelak

Share
Assalamu'alaikum ...



Sosok ibu memang menjadi peran utama dalam keluarga, beliau mempunyai tiga kali lipat derajat diatas sosok ayah. Namun itu tidak lantas membuat kita melupakan jasa seorang ayah yang sangat penting. Ayah yang karna ia juga kita berada di dunia dan berkat kegigihan serta kerja kerasnya kita bisa merasakan kehidupan yang layak.

Ada beberapa faktor yang membuat kebanyakan dari kita tidak dekat dengan ayahnya, dan tidak sedikit pula yang membencinya. peraturan yang banyak dan membosankan, tindakan yang keras jika kita membangkang, dan sikap dingin yang ditunjukan seolah tidak perhatian. 

Namun tahukah kalian, semua itu dilakukan nya semata agar kita tidak menjadi pribadi yang manja, dia ingin kita menjadi pribadi yang kuat dengan tidak selalu menuruti apa yang kita inginkan. namun ia selalu berusaha mendahulukan apa yang kita butuhkan, karna dia tahu, dunia ini terlalu kuat untuk dilewati dan dikuasai oleh orang orang yang manja. Pengalaman yang mengajarkannya seperti itu. Perhatian yang ia curahkan bukan berupa belaian dan beribu ucapan sayang seperti  yang ibu lakukan, namun dia buktikan rasa sayangnya kepada kita lebih nyata, dengan bekerja keras membanting tulang mencari nafkah, merelakan pundaknya yang kekar menopang tanggung jawab yang besar untuk mengindahkan masa depan kita, dia selalu ada diposisi paling depan untuk melindungi kita, selalu bangun tengah malam untuk sekedar melihat kita tidur, memastikan selimut kita tidak tersingkap dan tidak ada nyamuk yang mengganggu kenyamanan mimpi kita, senantiasa berdo’a dalam setiap sujud tahajudnya agar kehidupan kita lebih baik dari dirinya. Dan Terkadang ia menjadi seorang pembohong didepan kita, dia berkata, “ Kamu mau lagi ? ini, Ayah tidak lapar ”. merelakan satu selimut yang ia punya demi untuk kita merasakan hangat memakai dua selimut sambil berkata, “ Selimut ini terlalu kecil untuk Ayah, untuk kamu saja!”. Bersedia basah-basahan dibawah hujan demi menjaga kita tetap kering menggunakan jas hujannya saat mengantar kesekolah. saat kita bermain bersamanya dulu, dia selalu mengalah dan membuat kita merasa bangga atas kemenangan yang direkayasa, itu semata untuk membuat kita bahagia. Dan masih banyak lagi.. 

Sadarkah kita dari sikap-sikap kecil yang ayah lakukan selama ini, walaupun diwarnai dengan omelan-omelan yang membuat kuping kita gatal dan sikapnya yang seolah tidak perduli, tapi percayalah. Dia orang pertama yang benar-benar memikirkan masa depan kita. Dia mempunyai cara sendiri untuk menyayangi kita. Cara yang sangat indah jika kita mau mengenalnya lebih dekat. Lihat ayah sekarang, kerutan yang sudah mulai tumbuh diwajah dan tangan kekarnya seolah menjadi saksi kerja keras dan beratnya beban hidup yang ia tanggung, rambutnya yang memutih menunjukan lamanya hidup yang ia jalani dengan do’a, ikhtiar dan tanggung jawab dan semoga rambut putihnya menjadi lentera penerang jalan kesurganya nanti .

Begitu banyak sebenarnya yang ingin saya sampaikan disini, tentang ayah tidak akan ada habisnya. tentang jasanya yang sangat besar, dan tentang ketegasannya mendidik. Ia bagaikan tiang pemopang kokohnya rumah tangga yang dibangun, dia juga sebagai atapnya yang melindungi dari terik dan hujan, dan jabatan tertingginya adalah sebagai imam dalam rumah tangga. Seorang imam yang berwibawa, yang tidak sedikitpun mau menampakan air matanya didepan orang yang ia sayang. Untuk ayah, segunung ucapan terima kasih, dan maaf yang menyemut tidak akan mampu untuk membalas jasa mu, bahkan humanculus dalam otak ini tidak mampu mendeskripsikan betapa sayangnya anakmu kepada mu. Berbakti kepadanya merupakan tindakan nyata bukti rasa sayang kita kepada ayah yang masih ada bersama kita, mendo’akannya dan sering mengirimkannya bingkisan alfatihah menjadi obat kangen kita kepada ayah yang telah tiada dan juga sebagai bekal langkahnya menuju surga..

Ayah, nasehat yang selalu engkau beri bagai lentera penerang di gelapnya dunia ini. Do’a do’a yang senantiasa engkau panjatkan mempermudah aku meraih cita. Cinta yang kau curahkan bagai hujan yang turun di tengah gurun pasir, meneduhkan. Maaf, untuk semua kata kata yang menyakitkan hatimu, untuk semua sikap acuh ku dari setiap perhatianmu, untuk semua pikiran negative tentang dirimu yang tidak sayang kepada ku. Maaf kan aku ayah, anakmu ..  

Ayah, aku yakin waktu kau tau ibu mengandungku, engkau lebih ekstra merawat ibu untuk aku, engkau selalu memberikan ibu makanan terbaik juga untuk aku, aku yakin, langkah kakimu menjadi berat keluar rumah untuk sekedar bersenang-senang bersama kawan lamamu, dan kau lebih memilih menjaga kami, ibu dan juga aku. Saat itu kau lebih giat menabung untuk menyambut kelahiranku. Menunggui ibu yang susah payah mengeluarkan aku ke dunia dan bertemu denganmu. Indra pendengaran ku mungkin saat itu belum terlalu baik, namun cukup baik untuk mendengar suara merdu yang pertama kali membisik telinga kecilku, belakangan aku tau. itu suaramu, suara azan mu ayah ..

Ayah, sejak itu aku selalu mendapatkan segala yang terbaik. Kau selalu berusaha membuatku tersenyum. Kau menyekolahkan ku, mengantar aku setiap hari dengan sepeda motor merah mu. Menunggui aku sampai guru ku tiba. Aku tersenyum saat ini, betapa manjanya aku denganmu dulu. itu sedikit dari milyaran, ratusan triliun, sampai hitungan tak terhingga dari perhatian yang kau berikan kepadaku. aku dekat dan sangat dekat denganmu, aku senantiasa melibatkan engkau dalam setiap jengkal kehidupanku. sampai aku tumbuh menjadi gadis dewasa, dan Sampai aku mengenal apa itu cinta, aku bercerita kepadamu tentang dia. Lelaki yang juga sayang kepada ku. Kau menanggapi ceritaku dengan sikap yang dingin, tanpa ekspresi namun aku yakin kau mendengarku. Belakangan aku tau, ternyata engkau bisa juga cemburu.. 

Ayah, nanti aku akan menjadi makmum bagi lelaki lain. Engkau sendiri yang akan menyerahkan aku dengan dia. Dan engkau pula yang akan menghalalkan aku dengannya dengan ijab qabul yang suci. Aku tau itu hal yang paling sulit dari tugas seorang ayah. dan Air mataku menetes.. tapi jangan khawatir ayah, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri, beban hidup yang kau hadapi aku berusaha menemani. aku mau terus memijit punggungmu, aku mau menjadi penyanggah disaat kau sudah tidak kuat lagi menyanggah beratnya beban ini, aku akan menjadi pelindung disaat keriput keriput diwajah dan tanganmu makin banyak dan terlihat jelas, aku yang akan menjadi tenagamu disaat jemarimu mulai lemas untuk memegang sendok .. Ya Allah, muliakanlah Ayahku .

Berusaha membuatmu tersenyum, dan senantiasa membahagiakanmu menjadi salah satu prioritasku, ayah terima baktiku walau hanya setitik dari pengorbananmu untuk ku. aku menyayangimu ayah ..

0 comments:

Post a Comment